Postingan

Menampilkan postingan dengan label PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

STRATEGI DAN INTERVENSI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Kebutuhan dasar setiap manusia yang satu dengan manusia yang lainnya berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik, sosial dan budaya. Maka dari itu, seorang praktisi kesejahteraan sosial ketika ingin mengkategorikan “Apa sebenarnya yang membuat klien ini merasakan sejahtera?” maka praktisi kesejahteraan sosial tersebut harus melihat dari faktor genetik, sosial, dan budayanya. Misalnya saja orang Indonesia dengan orang barat akan memiliki kebutuhan dasar yang berbeda-beda. Salah satu contoh kasus, alkohol, jika di barat alkohol di gunakan sebagai penghangat badan. Namun jika orang Indonesia yang meminum alkohol, ia tidak akan mampu kuat untuk minum banyak karena sistem yang ada di tubuhnya tidak mendukung, sedangkan untuk orang barat sendiri akan lebih kuat meminum alkohol di karenakan sistem dari dalam tubuhnya mendukung. Mendukung atau tidaknya, hal ini tergantung faktor genetik, sosial, budaya. Manusia adalah objek dari int

Jenis-Jenis PLS dan Program Kesetaraan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang pendidikan bangsa Indonesia masih sangat rendah. Dari sudut   ketenaga kerjaan, 70% tenaga kerja Indonesia masih berpendidikan sekolah dasar atau kurang. Kondisi sumber daya manusia seperti ini sangat sulit mendukung pembangunan pertumbuhan ekonomi baik secara sektoral maupun nasional. Cukup bukti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin besar peluang untuk lebih mampu berperan serta dalam pembangunan, sebagaimana hasil studi yang dilaksanakan oleh UNESCO (1998), yang menyimpulkan bahwa: “… education especially basic education can make significant contribution to poverty eradication and enhancement of quality of life “. Selanjutnya UNESCO dalam bukunya yang berjudul “ Human development is a process of enlarging people’s choices. Three essentials areas are for people to lead a long and healthy life, to acquire knowledge and to have access to a source needed for a decent standard of living ”, di sini kita diingatkan bahwa pendidik