SOSOK INSPIRASI
Menjadi mahasiswi yang termasuk aktivis
dan demonstran pada era reformasi, namun serius dalam perkuliahan serta
memiliki nilai akademik yang memuaskan merupakan kecil kemungkinan dari ratusan
realita yang ada. Dialah Ibu Elita Permata Wijayanto yang mampu memiliki
predikat tersebut dan saat ini bekerja menjadi seorang Dosen Sastra Inggris
serta Ekonomi di Universitas Negeri Jakarta.
Menjadi seorang mahasiswi S1 Universitas
Diponegoro yang juga menjadi aktivis bukan merupakan keinginan awal dari Ibu
Elita, sebab beliau sendiri saat duduk di bangku persekolahan sangat menjauhi
organisasi sekolah dan memilih untuk fokus belajar. Namun semenjak berkuliah,
beliau mulai mencoba-coba berbagai organisasi akademik dan kegiatan di
kampusnya seperti Forum Penelitian Undip, Forum Akademik, Forum Diskusi,
aktivis era reformasi tetapi tetap dengan prinsip :
“Saya
harus bermanfaat untuk orang lain, organisasi yang saya ikuti pun harus ada
kebermanfaatan bagi orang lain. Jadi, apabila organisasi yang saya ikuti itu
hanya untuk senang-senang, akan saya tinggalkan”
Foto 1 : Sesi Wawanca |
Hingga pada akhirnya beliau menemukan
passionnya yaitu menjadi seorang peneliti dan penulis hingga beliau menjadi
Sekjen Masyarakat Ilmuwan Teknologi Indonesia (MITI) pada tahun 2009 yang
membuat beliau dipenuhi oleh berbagai agenda seperti Riset Mahasiswa, Penulisan
Ilmiah, Pameran Inovasi, dan akhirnya mengantarkan beliau menjadi seorang
Peneliti di Kemenristek dengan kontrak untuk meriset di bidang Sosial. Atas
izin Allah Ibu Elita bisa dikontrak oleh Kemenristek, saat mengikuti Pertemuan
Lembaga Mahasiswa Tingkat Nasional yang diadakan oleh Kemenristek, Ibu Elita
kebetulan mempresentasikan salah satu Penelitiannya yaitu “Bagaimana Cara Mengeluarkan Riset-Riset Mahasiswa yang Ada di
Perpustakaan agar Tidak Hanya Dipenuhi Oleh Debu Namun Bisa Bermanfaat pula
Bagi Orang Banyak” dan peneltian tersebut menarik minat Kemenristek
sehingga mengajak beliau untuk bergabung bersama Kemenristek untuk menjadi seorang
peneliti lepas dan menghabiskan banyak waktunya untuk meneliti berbagai pelosok
Indonesia seperti meneliti bagaimana kesiapan masyarakat Bantul untuk menerima
Listrik dengan Tenaga Kincir Angin. Penelitian kesiapan Masyarakat Bantul ini
juga membawa Ibu Elita untuk bisa menjejakkan kakinya di Tanah Taiwan, sebab
saat proses Penelitian Bantul untuk Riset Kemenristek, beliau juga mengirimkan
essay tentang risetnya untuk Lomba Penulisan Ilmiah.
Wanita yang lahir pada tanggal 14
Oktober 1984 dan sudah menikah ini memiliki motivasi dan terus dipegang teguh
yang tercantum pada Surat Muhammad ayat 7, yaitu :
“
Ketika engkau menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kamu ”.
Hal ini dibuktikan dengan berbagai
kemudahan yang Allah berikan pada saat Ibu Elita menyelesaikan Tesis S2nya di
Universitas Gadjah Mada yang Tesisnya sendiri tidak mudah, dengan Penelitian
yang mengambil 3 variabel yaitu Biografi, Film dan Novel serta memiliki unsur 3
budaya yaitu Indonesia, India dan Amerika kemudian dipersulit dengan keadaan
beliau yang saat itu masi bekerja sebagai peneliti di Kemenristek sehingga
menuntut beliau untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain di Indonesia.
Tak sampai disitu, Ibu Elita pun dihadapkan pada kendala bahwa buku yang
harusnya beliau gunakan untuk menjadi Landasan Teori tesisnya tidak bisa ia
temukan dimanapun, dan buku tersebut hanya bisa didapatkan melalui situs Amazon
yang notabene mengharuskannya memiliki Kartu Kredit. Dengan jejaring pertemanan
yang luas, beliau medapatkan pinjaman Kartu Kredit, namun Kartu Kredit didapat
tetapi pihak Amazon mengalami kendala dalam pengiriman ke Indonesia, sehingga
membatalkan pengiriman.
Namun, lagi-lagi dengan motivasi yang
terus dipegang teguh pada surat Muhammad ayat 7, beliau mampu mendapatkan buku
tersebut melalui kerabatnya yang berada di Taiwan dengan tidak sengaja bertemu
online di situs Yahoo!Messenger.
“Memang,
pertolongan Allah itu sangat dekat. Bagi mereka yang mau percaya dan terus
mendekatkan diri pada-Nya, entah darimana datangnya Allah selalu memberi
berbagai bantuan dari berbagai jalan dan perantara” Ucap Bu Elita dengan tenang.
Tidak hanya itu, Ibu Elita pun harus
berjuang untuk mampu menyelesaikan Tesisnya ditengah Pekerjaannya sebagai
Peneliti di Kemenristek, sehingga beliau harus menyelesaikan Tesisnya di
bandara, ruang tunggu, perjalanan satu tempat ke tempat lai, bahkan disela-sela
istirahatnya dan juga beliau sampai harus membeli Laptop yang baterainya mampu
bertahan selama 8 jam supaya bisa menunjang kegiatannya menyelesaikan Tesis
yang beliau tekankan harus tepat waktu sesuai dengan janji kepada kedua
orangtua beliau bahwa pekerjaan bukanlah alasan untuk tidak bisa menyelesaikan
kuliah tepat waktu, dengan konsekuensi kuliah di Jogjakarta, bekerja di Jakarta
dan riset untuk Kemenristek ke seluruh Indonesia dengan sistem konsultasi tesis
melalui email dengan dosen pembimbing, akhirnya Ibu Elta mampu menyelesaikan
S2nya dengan tepat waktu yaitu 2 tahun 0 bulan sama seperti S1nya tepat waktu
yaitu 4 tahun 0 bulan.
Foto 2 : Sesi Wawancara
Dosen
yang mengidolakan Nabi Muhammad serta menyukai sosok BJ Habibie ini sangat
menghargai waktu, dan manajemen waktu adalah kunci utama dalam meraih
kesuksesan saat beliau berkuliah walau kegiatan diluar perkuliahaan sangat
banyak dan tak ada henti. Beliau juga
memiliki motto :
“Saya menjadi
seorang Dosen atau Peneliti tidak mau hanya untuk mencari uang, akan tetapi
saya ingin menjadi Dosen dan Peneliti yang bermanfaat bagi orang lain.”
Menurutnya,
makna prestasi sendiri sebagai mahasiswa adalah bukan ketika kita memintarkan
diri sendiri atau membuat diri kita pintar namun untuk diri sendiri tetapi
prestasi sebagai mahasiswa adalah ketika diri kita mampu dan memiliki
kebermanfaatan bagi diri kita maupun orang lain.
Lalu,
selain manajemen waktu yang baik kita pun harus mampu mengenal siapa kita dan
bagaimana mengelola diri kita, bagaimana tipe diri kita, tipe pembelajar yang
bagaimanakah diri kita, itu yang harus kita ketahui, setelah itu kita akan tahu
bagaimana memposisikan dan mengatur segalanya dengan mudah namun tetap enjoy
dalam menyelesaikan segala tugas yang ada sebab kita sudah tau bagaimana
memperlakukan diri kita.
Seperti
yang dikatakan diakhir wawancara dengan Ibu Elita bahwa, “ Semakin kita sibuk semakin kita pintar dalam memanage waktu, sebab
tanggungjawab kita akan semakin besar”
Foto 3 : Sesi
Foto Bersama
Dan,
intinya hidup ini bukan hanya untuk diri kita sendiri. Tetapi hidup kita yang
sesungguhnya adalah bagaimana kita mampu bermanfaat dan terus bermanfaat bagi
orang lain bukan hanya diri kita.
Komentar
Posting Komentar